Senin, 13 Juli 2020

Talam Labu kuning






Draft kue ini tertanggal 5 Mei 2017. Saat itu sya hamil 28 minggu. Menurut hasil usg dokter anak perempuan, kami pun sudah mulai memilih-milih nama. Erssa datang dengan nama Bella, ia ingin adeknya dinamai Bella. Sepakat !! harus ada BELLA nya. Sayapun teringat kembali mimpi saya sebelum mengandung Bella. Melihat bulan purnama merah jambu yang sangat indah di sebelah barat, sayapun berlalu ke arah barat, ingin melihat bulan itu agar lebih dekat. Bapak pun ikut, bahkan meninggalkan ibu sendiri untuk berlari, mendahului saya, hingga lebih dekat, dan tiba-tiba  bulan itu perlahan mulai jatuh, bapak pun berlari dan berusaha menggampainya, tetapi tiba-tiba bulan itu jatuh, menimpa perut saya, sayapun jatuh terduduk, dan bapak menyaksikan semua itu.

Sebagaimana saat mengandung Erssa, sayapun melakukan cek darah lengkap, hanya utnuk melihat apakah gula darah, kolestrol masih dalam batas normal. Jam 10 malam, saya sempatkan mengetik resep kue Talam Labu ini, mengupload foto-fotonya, tetapi belum sempat menulis cerita apapun, keburu ngantuk. Besok pagi sudah harus cek darah puasa.

Di Pagi hari, saya melakukan aktifitas seperti biasa, memasak buat sarapan Erssa, setelah itu pergi berdua dengannya ke lab untuk cek darah. Setelah itu kami ke rumah Julak Yaya, maksud hati sekalian makan bekal dari rumah karena harus balik lagi ke lab. Saat itu saya sudah merasa kalau si Bella, sudah mulai berkurang gerakannya. Tidak seperti hari-hari kemarin, begitu aktif sekali. Sayapun makan makanan bekal saat itu dengan tidak antusias, kepikiran berusaha sesekali mengusap perut saya sambil bercerita dengan julak, Erssa pun sedang makan saat itu. 2 jam kemudian, kami kembali ke lab. Hasil pemeriksaan saat itu semuanya normal. Saat tiba di rumah, sholat dhuhur dan langsung menemani Erssa istirahat siang. Susah bagi saya tidur, terus berusaha menghitung gerakan janin, "Bella, bergerak sayang, supaya mommy tidak khawatir". Sesekali bergerak, tapi lemah 😢.

Haripun menjelang malam, gerakannya makin sulit dirasa. Sayapun menelpon papa Erssa yang saat itu sedang di Bogor bercerita tentang kekwatiran ini, dan kamipun sepakat untuk segera periksa ke dokter atau rumah sakit. Tapi, hari sudah malam, tidak ada dokter yang buka, rumah sakitpun jauh, di rumah, kami hanya berdua. Pagi-pagi saya langsung menelpon teman SMA saya yang kebetulan kepala puskesmas yang letaknya hanya sekitar 300 meter dari rumah. Dokter Dian, iapun menyarankan saya segera ke puskesmas, ia akan menunggu saya di sana. Perasaan saya makin tak enak, Erssa hanya minum susu, ia tak ingin makan tapi lebih suka memeluk saya, ia tahu hati dsaya sedang gundah.

Menggandengnya, kamipun ke puskesmas. Hanya ada satu perawat dan satu bidan di sana, wajar, ini hari minggu. Dokter Dian sudah menelpon rekannya, mereka memang sudah menanti kedatangan kami. Saya langsung direbahkan, merekapun mulai mendengar detak jantung Bayi, tetapi tidak mendengar apapun dan dilanjutkan dengan VT, tetapi belum ada bukaan. Saya semakin gundah. Erssa duduk manis di luar, dibatasi gorden, iya hanya sesekali memanggil, Mommy, mommy baik-baik saja? usia nya jalan 4 tahun saat itu.

Dokter Dian datang, dengan sigap iya menghidupkan alat usg, dan segera melakukan usg. saya masih ingat kata-katanya saat itu, "Ra, saya tidak melihat dan mendengar ada detak jantung, tapi mungkin saya salah, saya rujuk ya ke Rumah Sakit, supaya dokter kandungan bisa melihatnya dengan jelas". Saya lemas, tak terasa air mata saya menetes, tapi saya mengangguk. "Saya akan siapkan ambulance dan segala sesuatunya".
Saya pun menelpon julak Yaya, memintanya segera ke puskesmas, sekalian belikan nasi kuning buat Erssa yang belum sarapan. Saya sudah tidak dibolehkan pulang, sayapun di infus. Saya menelpon suami, dan mengatakan semuanya. Ia diam, saya tahu ia sedih dan bingung karena ia kami terpisah jauh. Tapi Ia berusaha memastikan saya akan ke rumah sakit mana, dan siapa yang akan menjaga Erssa sementara.

Julak Yaya datang, ia pun menangis, kami menangis, Erssa juga. Sementara itu Ersa memeluk saya erat dan berkata "Erssa tidak mau makan mommy, Erssa hanya mau dekat mommy, Erssa ga akan ninggalin Mommy"😭😭😭. Ambulance siap, saya pun di dorong untuk menaikinya, Julak Yaya menggendong Erssa yang matanya berkaca-kaca. Mereka kemudian menyusul sekaligus membawa baju ganti saya dan perlengkapan seperlunya.

Rumah Sakit Dian Harapan. Setibanya di saya, langsung diterima bagian IGD. Dokter IGD pun  dengan sigap menghampiri, membaca beberapa catatan dan meminta perawat melakukan pengambilan darah untuk di cek. Dokterpun bertanya beberapa hal pada saya seputar sejak kapan gerakan janin tidak terasa, kapan terakhir kontrol dan semacamnya. Saya baru kontrol ke dokter Kandungan F, dokter yang juga bekerja di RS ini di hari rabu tanggal 3 Mei dan semuanya baik-baik saja.

Saya harus dirawat inap, dengan diagnosa IUFD, kematian janin dalam kandungan, dan dari penuturan dokter IGD yang langsung menghubungi dokter F, akan dilakukan tindakan induksi obat membuka jalan lahir, untuk persalinan secara normal. Saat sendiri, di ruang IGD, oma Ram masuk ke dalam, dengan airmata memeluk saya. saya juga cuma menangis.

Malam itu di ruang VIP, hanya saya dan Erssa, ya, menemani saya di rumah sakit, kami berdua tidur di ranjang pasien. Belum ada tanda-tanda mules semua masih berjalan biasa saja. Hingga esok harinya, ruangan mulai ramai oleh keluarga, Ibu, Bapak, Kak Mad, Oma ram, Julak Yaya dan mas Narto suaminya. Tak lama, papa Erssa tiba, setibanya di pintu kamar, langsung air mata ini tumpah. Antara senang ataupun sedih, Erssa juga  memeluknya erat.



KUE TALAM LABU KUNING
by Mommy Erssa

Lapisan Kuning (Bawah):
450 gram labu kuning, dikukus
300 ml santan dari 200 ml santan instan dilarutkan air 500 ml
1/2 sdt garam
100 gram tepung sagu
50 gram tepung terigu /tepung beras
150 gram gula pasir
Telur 1 butir
1/2 sdt essence  vanila
1/2 sdt bubuk kayu manis

Lapisan Putih (Atas):
400 ml santan kental matang (pakai sisa santan di atas)
1/2 sdt garam
60 gram tepung beras
40 gram tepung sagu/tapioka
2 sdm gula pasir
1/4 sdt essence vanila

Cara membuat:
1. Panaskan dandang kukusan/klakat. Jika memakai dandang biasa, lapisi tutupnya dengan serbet bersih.
2. Lapisan bawah (kuning): Blender labu kuning dan telur serta setengah bagian santan sampai benar-benar halus. Tuang ke dalam baskom. Masukkan tepung sagu, garam, gula pasir dan vanila essence. Aduk rata dengan hand whisk. Masukkan sisa santan sambil diaduk rata hingga adonan licin. Tuang ke dalam cetakan yang sudah diolesi sedikit minyak goreng. Isi sampai 2/3 tinggi cetakan. Kukus 10 menit.
2. Lapisan atas (putih): Campur dan aduk rata semua bahan. Tuang ke atas lapisan bawah (kuning) tadi. Kukus kembali 10 menit atau hingga lapisan atas 'set' (memadat). Angkat. Biarkan sampai dingin dalam cetakan lalu keluarkan.
 B